Search

Selasa, 13 Agustus 2013

Menyimak Kesaksian Para Pejuang Irian Barat Tentang Makna Kemerdekaan RI (2) : Musa Maniagasi: Mari Kitong Semua Pertahankan Kemerdekaan RI Hingga Akhir Zaman

Menyimak Kesaksian Para Pejuang Irian Barat Tentang Makna Kemerdekaan RI (2) : Musa Maniagasi: Mari Kitong Semua Pertahankan Kemerdekaan RI Hingga Akhir Zaman

Bila dalam tulisan sebelumnya (Edisi Selasa 13/8), Ny. Heemskercke Bonay, S.E., telah  memberikan kesaksian terkait perjuangan ayahandanya  mengembalikan Irian Barat  ke pangkuan NKRI  pada  1 Mei 1963. Kini  salah-giliran seorang  perintis kemerdekaan RI Musa Maniagasi juga memberikan komentarnya. Apa pesan dan harapannya bagi generasi mudah khususnya menjelang HUT RI ke-68?

OLEH: MAKAWARU DA CUNHA/BINTANG PAPUA
“KEMERDEKAAN yang ada  ini kami  tak jual kepada siapapun juga. Tapi  kami abadikan untuk  bangsa, negara dan generasi  mudah supaya maju.Mari kitong (kita)   semua  pertahankan kemerdekaan  RI hingga akhir zaman,” tegas  Musa Maniagasi  ketika dikonfirmasi dikediamannya  di Jalan Gerilyawan RT 003/RW 003 Kelurahan Yobe,  Distrik Abepura, Kota Jayapura, Jumat  (9/8).
 
Kemerdekaan RI  yang  direbut, beber Musa Maniagasi,  mengorbankan harta benda, jiwa raga,  darah dan air mata. Untuk itu,  pihaknya  mengharapkan khususnya  kepada  generasi muda, agar  memiliki  pola  pikir baik demi mengisi  dan memajukan bangsa ini. Pasalnya,  tanpa ini semua, sia-sialah perjuangan  generasi terdahulu.

“Sekarang kitong   pu  anak-anak bisa ikut pendidikan terbaik dari SD hingga PT, pembangunan ekonomi berjalan bagus. Dimana-mana  ada pembangunan seperti jalan, jembatan, puskesmas, rumah sakit, sekolah dan lain-lain,” tutur Musa Manigasi, yang sempat ditawan pihak Belanda beberapa  tahun di Jayapura.

Karya monumental   para  pejuang  Irian Barat, kata  Musa Maniagasi,  suatu ketika menghadap dan melapor kepada Presiden Pertama  RI Ir. Soekarno, meminta mendirikan Universitas Cenderawasih (Uncen) di Jayapura dan dikabulkan. Alhasil, 8 dosen terbaik dari Pulau Jawa dipimpin Profesor Huganda Poewacaraka dikirim untuk mendampingi putra-putri Irian Barat waktu itu. Ia akhirnya dinobatkan menjadi   Profesor pertama  di Uncen.

“Uncen saat  itu membuka ujian persamaan tingkat SD-SMP selama depalan bulan, kemudianke  fakultas- fakultas di Uncen dan meraih gelar sarjana,”  tukas Musa Maniagasi mengenang.
Karena itu, tambah Musa Maniagasi, pihaknya mengimbau  kepada  semua  pihak untuk  menjaga Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) agar  HUT RI ke-68  dapat  berjalan lancar, tertib dan kondusif.

“Kami legium veteran, para pejuang  dalam organisasi-organisasi   massa yang sudah ada  siap  melaksanakan HUT  RI khususnya di Tanah Papua,” tutur Musa Maniagasi, seraya menambahkan,  sejak  1957 sampai  hari ini Hollandia atau  Jayapura tak pernah ada kekacauan apapun.”

Lantas seperti  apa  jejak langkah  Musa Maniagasi, jelasnya,   sebelum berkeluarga  usia 20 tahun  atau  sekitar   tahun 1957 ia  sudah ikut dalam arena perjuangan pembebasan Irian Barat. Ia  aktif  di organisasi massa  terutama Partai Kemerdekaan  Indonesia Hindia pimpinan mendiang almarhum Silas Papare. Seorang  Pahlawan Nasional. Kemudian  bergabung  dalam Pasukan Gerilya Pemuda Irian Barat di Hollandia atau Kota Baru pimpinan Musa Maniagasi.

Kata  Musa Maniagasi, pihaknya   mulai menyusun  kekuatan bersama para pemuda Irian Barat  dan putra-putra terbaik dari seluruh  Indonesia Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Tidore dan Maluku, yang mempunyai rasa nasionalisme berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia, didukung orang tua-tua berapa seperti Nicholas Jouwe, Ruben Yosep Tepi orang Manado   bekas  KNIL Belanda,  Willem Johan Pakasi, Kris Korwa dan lain-lain.

Selanjutnya, pemuda pejuang pembebasan Irian Barat menciptakan  persamaan pandangan perjuangan dan menyusun kekuatan militer  didukung  persenjataan seadanya. Sebab, bila ingin merebut  suatu wilayah atau negara harus didukung  persenjataan didatangkan dari Negeri Belanda.  Ketika  Trikora makin dekat pihaknya  telah membangun komunikasi  dengan para  pimpinan di Jakarta, yang merespon  perjuangan para pemuda membebaskan Irian Barat kembali  ke pangkuan NKRI.
“Kami  sudah  kirim beberapa putra terbaik Irian Barat  untuk dilatih di Jawa sebagai militer dan membentuk tim-tim yang luar  biasa terutama latihan dan ketepatan bertindak,”  kata Musa Maniagasi, sembari menunjuk rumah sederhananya yang sempat  direnovasi Kodam XVII/Cenderawasih.
“Dan dari sini sampai di Merauke semua putra-putra  terbaik kami pencarkan mereka kemudian bentuk  kekuatan  para pemuda  supaya himpun  kekuatan militer, terutama ketika Peristiwa  Arafura 15 Januari 1962.”

Lantaran  jasa-jasanya, ujar Musa Maniagasi, ia mendapat Surat Keputusan Kemerdekaan No. Pol. 6  sebagai perintis kemerdekaan RI atau pejuang terhormat RI.

“Akhirya dong   kasih sa gaji Rp2,7 Juta perbulan dari Kementerian Sosial,” tandas Musa Maniagasi.

Disinilah 19 Desember  1961 Trikora dikumandangkan oleh Presiden Pertama  RI Soekarno  merebut Irian Barat dari Belanda dan mendukung perjuangan bangsa Indonesia  untuk kibarkan Sang Merah Putih di daratan Irian Barat. (*/don/l03/@dv)


BIODATA
Nama                       : Musa Maniagasi
Tempat/Tgl Lahir           : Nubuai, Waropen, Mei 1930
Istri                      : Marfenci Marini
Anak                       : 2 Putri
Cucu                       : 7 Orang



Cari Blog Ini

Ads Banner

 

Resources

Site Info

My Blog List

About this blog

Followers

Papua Posts Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template